Monday, February 20, 2017

Waspada pada sebuah Dosa kesalahan

Waspada pada sebuah Dosa kesalahan
Pertanyaan
Tanya (1):
Berarti setiap masalah itu karena perbuatan yang disebabkn kesalahan kita sendiri ya ustdz?

Jawab:
✅ Kesalahan tersebut bisa berasal dari diri kita atau kesalahan dari orang lain yang berdampak kepada kita.

Jika,
*sumbernya dari kita, kita menanggung dosa dan terkena dampak masalahnya.
*Adapun yang dari orang lain, selain dampak masalahnya kita rasakan maka kita juga akan ditanya apa yang sudah kita lakukan secara maksimal untuk mencegah kesalahan itu.

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. [Qs. Al-'Anfaal (8): 25]

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْـخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ؛ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : «مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ ، فَإِنَ لَـمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ ، وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْـمَـانِ».

Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata, “Aku pernah mendengar RasuluLLaah ﷺ bersabda, ‘Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya (kekuasaannya); jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya (menasihatinya); dan jika ia tidak mampu juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman.
(HR. Muslim no. 49)
_____



Tanya (2):
Mengapa kita harus terkena imbas kesalahan orang ustadz? apa karena kita tidak berusaha mencegah kesalahan orang lain? Bagaimana dengan kasus jin Nasab? si anak kan tidak berdaya?

Jawab:
Itulah dahsyatnya kesalahan.

Sehingga perlu,
- dicegah agar tidak terjadi,
- perlu di-stop dan diputus aksesnya agar tidak berketerusan dan
- perlu dikaffarahi jika pernah (terlanjur) dikerjakan.

Dampak kesalahan memang seperti itu agar kita penuh rasa takut dengan terus meningkatkan kepekaan kita atas segala perintah dan larangan ALLaah. Itulah At-Taqwa haqqo tuqootih (bertakwa dengan sebenar-benar takwa).

RasuuluLLaah ﷺ menjelaskan bahwa seorang anak yang terlahir bersih sesuai fitrah yang tidak tahu apa-apa apalagi belum pernah melakukan apapun, itu saja bisa terkena polutan yang merusak fitrah-nya, dan sumber polutan itu bukan dari dirinya sendiri.

ِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ

Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tunyalah yang akan menjadikan anak itu menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat padanya?" ---maksudnya jika ada cacat telinganya terpotong, pastilah itu pemiliknya yang melakukan. (HR. Bukhari: 1296)



وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. [QS. Al-'Anfaal (8): 25]

Kesalahan nasab orang terdahulu (yang beriman), kitalah yang paling merasa perlu memohonkan ampunan ALLaah swt untuk mereka. Memutus semua ikatan-ikatan perjanjian mereka.

Kesalahan kasab orang lain menjadi kepentingan kita juga untuk mencegahnya agar tidak terjadi atau tidak berketerusan terjadi.

Dan sebaliknya, jika "kasab-kasab" kita tidak dibersihkan maka juga berpotensi menjadi polutan nasab bagi keturuan kita, dan juga kita bisa menjadi "penyebab" meluasnya bencana di sekeliling kita.

Padahal, kita tahu hidup ini adalah ujian dan perjuangan, pertarungan. Kita ingin menang.

Dan inilah doa kita, ayat penutup, sebagai akhir kalimat surat agung yang amat panjang. Kita ingin menang.

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Ya Robb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Robb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka menangkanlah kami terhadap kaum yang kafir".
_____

Diambail dari makalah Ustd. H. Riyadh Rosyadi

0 comments:

Post a Comment