Ucapan, walau hanya selintas saja, adalah merupakan do’a. Pikiran, walaupun hanya selintas saja, juga merupakan do’a. Bahkan membatin pada diri sendiri (self talk), juga merupakan do’a. Walau semua tsb di atas hanyalah selintas saja, tanpa dg keyakinan hati. Apalagi dg keyakinan hati, dan apalagi kalau seringkali diucapkan.
Merasa akrab dengan kalimat-kalimat ini?
> “Gaji hanya numpang lewat”
> “Saya baru mau menikah, kalau saya sudah sukses, sekarang mau fokus berkarir dulu”
> “Minum air putih saja, sudah jadi lemak”
> “Namanya juga hidup, ya pastilah banyak cobaan”
> “Hidup saya dari dulu, ya selalu gini-gini aja”
> “Entah kenapa ya, apa yg salah, setiap saya buka usaha selalu gagal”
> “Enggak tahu kenapa ya, selalu nyaris berhasil”
> “Entah kenapa ya, anak saya kalau terkena hujan, selalu jatuh sakit”
> “Hati-hati, Masakan Padang, berkolesterol tinggi”
Mulailah, dan biasakanlah, dg kalimat-kalimat ini:
> “Namanya juga hidup, pastilah banyak kemudahan”
> “Namanya juga hidup, pastilah banyak keberuntungan”
> “Saya adalah pribadi yg sangat menyenangkan”
> “Saya bersyukur sekali, jalan hidup saya selalu mudah & lancar, dan hal ini membuat saya tambah bersyukur lagi”
> “Saya bersyukur karena setiap yg saya inginkan selalu saya dapatkan”
> “Entah mengapa ya, dari dulu, saya makan sebanyak apapun, selalu sehat & langsing”
> “Saya bersyukur, keluarga saya semuanya selalu sehat”
Secara teoritis, harusnya orang Minang paling khawatir dg kesehatan mereka & seharusnya secara statistik masyarakat minang jauh paling banyak terkena stroke & serangan jantung, tapi kenyataannya biasa saja, sama saja dg masyarakat lainnya.
Maaf contoh ini agak kurang nyaman, orang gila, mengais sesuap makanan dari tempat sampah, mereka secara fisik terlihat sehat-sehat saja.
Semua itu karena pola pikir, karena self talk, dan semua adalah do’a. Sekarang, mulailah pilah & pilih, bagaimana saya, dan masa depan seperti apa yg saya inginkan.
0 comments:
Post a Comment